Print This Page

Clock

Postingan Populer

BLOG SAHABAT

Diberdayakan oleh Blogger.

Perokok Pasif Beresiko Lebih Tinggi

Diposting oleh pkmtelagamurni Senin, 06 Juni 2011

                   
     


 Merokok tidak hanya merusak diri sendiri, juga  merusak orang lain. Terutama orang dekat Anda.
Mereka  –bisa jadi putra/putri Anda, istri Anda– yang  menghirup asap Anda pun terkena dampak
buruk merokok  yang lebih berbahaya.

Anda boleh saja melarang putra/putri Anda merokok, tetapi kalau Anda sendiri merokok
dilingkungannya,   sama saja Anda bersama mereka “merokok”. Mereka juga mengisap
asap rokok dan menerima  dampak  buruk yang dihasilkan akibat merokok.

Mereka adalah perokok pasif. Tidak merokok tapi  Anda paksa  menghirup asap rokok.
Di samping mengisap asap sampingan (sidestre-am smoke), yaitu asap yang dihasilkan dan pembakaran  rokok saat tidak diisap, perokok pasif juga menghirup asap utama (mainstream smoke) yang dihembuskan  balik oleh perokok.
Menurut dr Yulia Andani Murti dari Poliklinik Departemen Kelautan dan Perikanan,
mengutip fakta yang  diperoleh dari World Health Organization (WHO) atau Badan Kesehatan Dunia,
karena menghirup asap  utama yang dihembuskan balik oleh Si perokok dan juga asap sampingan,
perokok pasif justru mengisap  racun yang terkandung dalam asap rokok dua kati lipatnya.
Dari sebatang rokok, asap yang dihirup oleh perokok hanya 15%. Selebihnya, sebesar 85% tersebar
ke  lingkungan. Padahal ribuan zat kimia beracun, termasuk bahan-bahan yang dapat menimbulkan
kanker  (karsinogen), terdapat dalam asap rokok. Dan putra/putri Anda juga boleh jadi ikut mengisapnya.
Ini menyebabkan putra/putri Anda mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita kanker paru-paru,
penyakit  jantung koroner, dan gangguan pernafasan. Sedangkan pada janin, bayi dan anak-anak,
paparan asap rokok  juga dapat menyebabkan berat badan lahir rendah, bronchitis dan pneumonia,
infeksi rongga telinga dan  asthma. Bahkan, risiko kematian mendadak akibat asap rokok,
juga ditemukan pada anak-anak di bawah   umur.
Kerugian berlipat bagi wanita, anak dan bayi Akibat paparan asap rokok seseorang terhadap
kesehatan orang lain sampai sekarang masih sering  disepelekan. Selama ini, orang hanya melarang
seorang wanita yang perokok karena dapat membahayakan  janin maupun bayinya yang sudah lahir.
Padahal, bukan hanya si ibu yang sedang hamil atau menyusui yang  perlu berhenti merokok.
Ayah maupun orang di sekitar itu dan bayinva, juga harus menghentikan kegiatan  merokok itu.
WHO bahkan memperkirakan hampir sekitar 700 juta anak atau sekitar setengah dan seluruh
anak di dunia  termasuk bayi yang masih menyusui pada ibunya terpaksa mengisap udara
yang terpolusi asap rokok. 

Parahnya lagi hal itu justru terjadi lebih banyak di dalam rumah mereka sendiri.
Nikotin yang ada dalam  rokok  terserap dengan cepat dan saluran pernapasan ke aliran pembuluh darah
ibu dan Iangsung ditransfer  ke AS I dengan cara penyerapan secara perlahan.
Jika ada orang luar yang merokok di dekat bayi, maka selain nikotin terserap dan ASI ibu yang
terpapar  asap  rokok, juga diserap Iangsung melalui pernapasan si kecil. Nikotin, bersama dengan
ribuan bahan  beracun asap rokok Iainnya, juga masuk ke saluran pernapasan bayi. Nikotin
ang terhirup melalui saluran  pernapasan dan masuk ke tubuh melalui ASI ibunya akan terakumulasi
di tubuh bayi dan membahayakan  kesehatan si kecil.
“Tidak hanya itu. Nikotin juga dapat mengubah kualitas ASI, misalnya rasa ASI menjadi tidak
enak, dan  racun dan rokok ini malah terminum oleh bayi,” ujar Yulia, yang mengambil gelar
pascasarjana Kesehatan   dan  Keselamatan Kerja dan Universitas Indonesia ini.
Beban ganda akibat rokok
Merokok untuk sebagian orang mungkin men-jadi kegiatan yang menyenangkan.
Uang pun gampang   dikeluarkan demi mendapatkan sebatang rokok yang mereka k
atakan memberi kenikmatan. Tetapi  pandangan lain dilontarkan oleh WHO.
Menurut WHO, merokok akan menciptakan beban ganda yang harus ditanggung, karena
mero-kok akan  mengganggu kesehatan sehingga akan lebih banyak lagi biaya yang
dikeluarkan untuk mengobati penyakitnya.  Di samping itu merokok juga menghabiskan uang
yang seharusnya bisa digunakan untuk membeli makanan   yang bergizi.
Agak mengejutkan, penelitian yang dilaporkan WHO menemukan bahwa jumlah perokok
paling banyak  berasal dan kalangan masyarakat miskin. Di Madras, India, mayoritas perokok j
ustru dan kelompok  masyarakat buta huruf. Hasil riset lainnya membuktikan, kelompok masyarakat
termiskin di Bangladesh  menghabiskan hampir 10 kali lipat penghasilannya untuk tembakau
dibandingkan untuk kebutuhan pendidikan.

Lalu penelitian di 3 provinsi Vietnam menemu-kan, perokok menghabiskan 3,6 kali Iebih
banyak untuk  tembakau dibandingkan untuk pendidikan, 2,5 kali Iebih banyak untuk tembakau
dibandingkan dengan  pakaian, dan 1,9 kali lebih banyak untuk tembakau dibandingkan untuk biaya kesehatan. Bagaimana di Indonesia ini?

Quit Tobbaco Indonesia
Sangat besar kerugian menjadi perokok pasif. Stop jadi perokok pasif sekarang juga!
Protes bila ada  orang-orang di sekeliling kita mulai mengepulkan rokoknya, apalagi bila berada
di ruangan tertutup. Jangan  mau hak hidup sehat kita, terutama masa depan anak-anak,
dirampas perlahan-lahan oleh para perokok.

 sumber  : http://innerpower.wordpress.com/2008/12/05/perokok-pasif-berisiko-lebih-tinggi/

PENGUNJUNG BLOG

Tayangan Laman

OBROLAN.


ShoutMix chat widget

kompas.com

suara-merdeka-cybernews