Merokok tidak hanya merusak diri sendiri, juga merusak orang lain. Terutama orang dekat Anda.
Mereka –bisa jadi putra/putri Anda, istri Anda– yang menghirup asap Anda pun terkena dampak
buruk merokok yang lebih berbahaya.
Anda boleh saja melarang putra/putri Anda merokok, tetapi kalau Anda sendiri merokok
dilingkungannya, sama saja Anda bersama mereka “merokok”. Mereka juga mengisap
asap rokok dan menerima dampak buruk yang dihasilkan akibat merokok.
Mereka adalah perokok pasif. Tidak merokok tapi Anda paksa menghirup asap rokok.
Di samping mengisap asap sampingan (sidestre-am smoke), yaitu asap yang dihasilkan dan pembakaran rokok saat tidak diisap, perokok pasif juga menghirup asap utama (mainstream smoke) yang dihembuskan balik oleh perokok.
Menurut dr Yulia Andani Murti dari Poliklinik Departemen Kelautan dan Perikanan,
mengutip fakta yang diperoleh dari World Health Organization (WHO) atau Badan Kesehatan Dunia,
karena menghirup asap utama yang dihembuskan balik oleh Si perokok dan juga asap sampingan,
perokok pasif justru mengisap racun yang terkandung dalam asap rokok dua kati lipatnya.
Dari sebatang rokok, asap yang dihirup oleh perokok hanya 15%. Selebihnya, sebesar 85% tersebar
ke lingkungan. Padahal ribuan zat kimia beracun, termasuk bahan-bahan yang dapat menimbulkan
kanker (karsinogen), terdapat dalam asap rokok. Dan putra/putri Anda juga boleh jadi ikut mengisapnya.
Ini menyebabkan putra/putri Anda mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita kanker paru-paru,
penyakit jantung koroner, dan gangguan pernafasan. Sedangkan pada janin, bayi dan anak-anak,
paparan asap rokok juga dapat menyebabkan berat badan lahir rendah, bronchitis dan pneumonia,
infeksi rongga telinga dan asthma. Bahkan, risiko kematian mendadak akibat asap rokok,
juga ditemukan pada anak-anak di bawah umur.
Kerugian berlipat bagi wanita, anak dan bayi Akibat paparan asap rokok seseorang terhadap
kesehatan orang lain sampai sekarang masih sering disepelekan. Selama ini, orang hanya melarang
seorang wanita yang perokok karena dapat membahayakan janin maupun bayinya yang sudah lahir.
Padahal, bukan hanya si ibu yang sedang hamil atau menyusui yang perlu berhenti merokok.
Ayah maupun orang di sekitar itu dan bayinva, juga harus menghentikan kegiatan merokok itu.
WHO bahkan memperkirakan hampir sekitar 700 juta anak atau sekitar setengah dan seluruh
anak di dunia termasuk bayi yang masih menyusui pada ibunya terpaksa mengisap udara
yang terpolusi asap rokok.
Parahnya lagi hal itu justru terjadi lebih banyak di dalam rumah mereka sendiri.
Nikotin yang ada dalam rokok terserap dengan cepat dan saluran pernapasan ke aliran pembuluh darah
ibu dan Iangsung ditransfer ke AS I dengan cara penyerapan secara perlahan.
Jika ada orang luar yang merokok di dekat bayi, maka selain nikotin terserap dan ASI ibu yang
terpapar asap rokok, juga diserap Iangsung melalui pernapasan si kecil. Nikotin, bersama dengan
ribuan bahan beracun asap rokok Iainnya, juga masuk ke saluran pernapasan bayi. Nikotin
ang terhirup melalui saluran pernapasan dan masuk ke tubuh melalui ASI ibunya akan terakumulasi
di tubuh bayi dan membahayakan kesehatan si kecil.
“Tidak hanya itu. Nikotin juga dapat mengubah kualitas ASI, misalnya rasa ASI menjadi tidak
enak, dan racun dan rokok ini malah terminum oleh bayi,” ujar Yulia, yang mengambil gelar
pascasarjana Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan Universitas Indonesia ini.
Beban ganda akibat rokok
Merokok untuk sebagian orang mungkin men-jadi kegiatan yang menyenangkan.
Uang pun gampang dikeluarkan demi mendapatkan sebatang rokok yang mereka k
atakan memberi kenikmatan. Tetapi pandangan lain dilontarkan oleh WHO.
Menurut WHO, merokok akan menciptakan beban ganda yang harus ditanggung, karena
mero-kok akan mengganggu kesehatan sehingga akan lebih banyak lagi biaya yang
dikeluarkan untuk mengobati penyakitnya. Di samping itu merokok juga menghabiskan uang
yang seharusnya bisa digunakan untuk membeli makanan yang bergizi.
Agak mengejutkan, penelitian yang dilaporkan WHO menemukan bahwa jumlah perokok
paling banyak berasal dan kalangan masyarakat miskin. Di Madras, India, mayoritas perokok j
ustru dan kelompok masyarakat buta huruf. Hasil riset lainnya membuktikan, kelompok masyarakat
termiskin di Bangladesh menghabiskan hampir 10 kali lipat penghasilannya untuk tembakau
dibandingkan untuk kebutuhan pendidikan.
Lalu penelitian di 3 provinsi Vietnam menemu-kan, perokok menghabiskan 3,6 kali Iebih
banyak untuk tembakau dibandingkan untuk pendidikan, 2,5 kali Iebih banyak untuk tembakau
dibandingkan dengan pakaian, dan 1,9 kali lebih banyak untuk tembakau dibandingkan untuk biaya kesehatan. Bagaimana di Indonesia ini?
Quit Tobbaco Indonesia
Sangat besar kerugian menjadi perokok pasif. Stop jadi perokok pasif sekarang juga!
Protes bila ada orang-orang di sekeliling kita mulai mengepulkan rokoknya, apalagi bila berada
di ruangan tertutup. Jangan mau hak hidup sehat kita, terutama masa depan anak-anak,
dirampas perlahan-lahan oleh para perokok.
sumber : http://innerpower.wordpress.com/2008/12/05/perokok-pasif-berisiko-lebih-tinggi/